KULIAH TEORI HIBRIDITAS BUDAYA OLEH PENGASUH PESANTREN DARUSSALAM-CIAMIS

Teori hibriditas budaya digagas oleh Homi Bhabha, seorang teoretikus pasca-kolonial, yang konsep utamanya adalah bagaimana menjelaskan budaya-budaya yang berbeda itu dapat berinteraksi dan membentuk identitas baru.


Konsep Hibriditas Budaya

Bhabha mengemukakan bahwa hibriditas budaya adalah sebuah proses yang di dalamnya dua atau lebih budaya yang berbeda berinteraksi dan membentuk identitas baru yang unik. Hibriditas budaya ini tidak hanya terjadi antara budaya Barat dan budaya Timur, khususnya budaya Islam, tetapi juga dapat terjadi antara budaya-budaya yang berbeda dalam satu negara atau komunitas.

Ada empat karakteristik hibriditas budaya, yaitu: 

1. Ambivalensi. Hibriditas budaya seringkali memiliki ambivalensi, yaitu perasaan yang berbeda-beda terhadap budaya yang berbeda.

2. Perbatasan. Hibriditas budaya seringkali terjadi di perbatasan antara budaya-budaya yang berbeda.

3. Negosiasi. Hibriditas budaya seringkali melibatkan negosiasi antara budaya-budaya yang berbeda.

4. Kreativitas. Hibriditas budaya dapat menghasilkan kreativitas baru dan inovasi.

Terkait karakteristik hibriditas budaya, khususnya dalam bab ambivalensi, dapat dilihat pada kejadian suami-istri yang berbeda budaya. Suami orang Jawa, sedangkan istrinya orang Sunda. Pada suatu waktu, sang suami kebelet ingin bab, masuklah dia ke WC di rumahnya. Tidak berselang lama. istrinya pun sama ingin bab. Sang istri (yg orang Sunda itu) ngetuk2 pintu WC sambil bersuara agak keras: "Mas, Mas....gimana atos?". Tentu saja suaminya (yg orang Jawa itu) menjawab dgn agak membentak kpd istrinya, sambil beteriak: "Atos.... atos ndasmu. ini aku mencret". Di sinilah terjadi ambivalensi yang parah, karena dalam bahasa Jawa, kata "atos" itu artinya "keras", sedangkan dalam bahasa Sunda, kata "atos" itu artinya "sudah".

Waspada Perang Pemikiran

Rasulullah Bersabda : "Sungguh Kalian Akan Mengikuti Cara-cara Hidup Umat Sebelum Kalian, Sedepa Demi Sedepa, Sehasta Demi Sehasta, Sejengkal Demi Sejengkal, Sampai Mereka Masuk Lubang Biawakpun, Niscaya Kalian Akan Memasukinya Bersama Mereka". Para Sahabat Bertanya :"Apakah Mereka Itu Yahudi Dan Nasrani, Wahai Rasul". Beliau Menjawab:"Siapa Lagi?!"

TOP