REVOLUSI MENTAL RAMADHAN

Oleh DR. Sumadi, M.Ag.
Dosen IAID Darussalam Ciamis, Pengurus Kab. MUI Ciamis

Ramadhan telah datang dan menyeruak bersama umat Islam. Bulan yang dinanti oleh setiap umat Islam. Karena bulan Ramadhan adalah bulan yang revolusioner. Dalam dialog Nabi dan sahabatnya Abu Umamah saat meminta amalan yang tidak ada tandingannya, Nabi menjawab puasa. Puasa adalah amalan yang tiada tandingannya. Semua aspek dalam kehidupan yang bermanfaat dikategorikan sebagai ibadah. Ibadah-ibadah ritual baik yang sunnah ataupun yang wajib dilipatgandakan balasannya oleh Allah SWT. Artinya ibadah dan amalan selama bulan Ramadahan bersifat revolutif, dari yang biasa-biasa menjadi luar biasa (average to excellence).

Sejumlah hadits Nabi Saw memberikan penjelasan tentang revolutifnya ibadah puasa di bulan Ramadhan. Dalam sebuah hadits Qudsi Allah SWT berfirman “Setiap amal yang dilakukan anak Adam adalah untuknya, setiap satu kebaikan akan dibalas dengan sepuluh kali lipat hingga tujuh ratus kali lipat. Kecuali puasa, itu untuk-Ku dan Aku yang langsung membalasnya. Dia tidak makan dan tidak minum karena Aku. Orang yang berpuasa akan mendapat dua kebahagiaan: kebahagiaan saat berbuka dan kebahagiaan saat bertemu dengan Rabbnya kelak. Sungguh bau mulut orang yang puasa itu lebih harum di sisi Allah daripada aroma minyak kesturi.  (HR. Bukhari dan Muslim).

Tetapi berbagai kebaikan dan kemulyaan yang secara revolusioner disediakan oleh bulan Ramadhan tidak akan hadir bersama kita tatkala tidak ada perubahan mentalitas yang revolusioner dalam hidup. Secara prosedural puasa seseorang dapat dikatakan benar jika memenuhi kriteria menahan lapar dan dahaga semenjak terbit fajar sampai terbenam matahari. Tetapi puasa yang secara prosedural formal benar belum tentu diterima di hadapan Allah Swt selama perilakunya tidak menujukkan perubahan revolusioner ke arah perbaikan akhlaq tertinggi. Nabi Saw mewanti-wanti pada puasa yang dilakukan sekadar formal prosedural dalam hadits riwayat Ath Thobroni, “kelompok terbanyak dari golongan orang yang berpuasa tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya kecuali lapar dan dahaga”. Artinya puasanya rajin sesuai syarat dan rukunnya, tetapi perilakunya minus. Puasanya rajin tetapi mentalitas korupsinya lebih kuat. Puasanya rajin tetapi dimensi kinerjanya buruk.

Oleh karena itu yang baik bagi seorang muslim yang berpuasa antara pelaksanaan sesuai tuntunan dan perubahan perilaku menjadi baik itulah yang disebut dengan revolusi mental Ramadhan. Dalam bahasa Al-Qur’an revolusi mental Ramadhan akan membentuk  manusia yang bertaqwa. Yaitu manusia yang segala perilaku, kebijakan, dan kualitas amalnya menujukkan hanya pengabdian pada sang pencipta yang dibuktikan dengan kebermanfaatan bagi masyarakat yang luas. Revolusi mental puasa Ramadhan yang paling esensial bagi bangsa Indonesia yang mayoritas muslim adalah keluar dari mentalitas korup sebagai yang merupakan sumber masalah dan kesengsaraan bangsa. Masalah bangsa kita hanya ada tiga, yaitu korupsi, korupsi, dan korupsi. Sungguh menyedihkan masalah korupsi di negeri ini. Evaluasi yang dilakukan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menegaskan sepanjang 2013 telah terjadi peningkatan jumlah perkara korupsi. Dari 49 perkara yang ditangani pada 2012, tahun 2013 meningkat hampir dua kali lipat menjadi 70 perkara (kpk.go.id, 2/7/14).

Telah menjadi catatan bersama bahwa standar kaya dan miskin tidak menjadi jaminan orang tidak melakukan korupsi. Berbagai peristiwa pengadilan yang telah memiliki kekuatan hukum tetap atau yang sedang proses diadili di Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) tidak ada yang statusnya kategori miskin. Artinya tidak ada korelasi makin miskin seseorang, maka makin banyak korupsinya. Makin kaya seseorang akan makin tidak korupsi. Korupsi justeru dilakukan oleh orang-orang yang berpenghasilan tinggi alias orang kaya. Misalnya dapat dicermati rilis dari Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) hingga tahun 2013 korupsi para pemimpin daerah berjumlah 291 orang. Jumlah itu terdiri dari keterlibatan gubernur sebanyak 21 orang, wakil gubernur tujuh orang, bupati 156 orang, wakil bupati 46 orang, wali kota 41 orang, dan wakil wali kota 20 orang. Ia menyebutkan tercatat juga 1.221 nama pegawai pemerintah yang terlibat dalam kasus korupsi. Khusus korupsi Kepala Daerah hingga Januari 2014 sebanyak 318 orang dari total 524 orang kepala daerah dan wakil kepala daerah tersangkut dengan kasus korupsi. (jpnn.com/2/7/14).

Selain itu juga kegemaran koleksi mobil dan rumah mewah yang dipamerkan dan dipertontonkan kepada publik tanpa rasa malu dan di luar nalar akal sehat ternyata uangnya hasil korupsi. Gedung KPK menjadi pameran mobil mewah para koruptor. Mentalitas yang tak punya rasa malu atas perilaku jahat yang menyengsarakan banyak orang. Oleh karena itu tingginya angka korupsi di negeri kita adalah persoalan mentalitas dan moralitas pelaku. Perundang-undangan, komisi pengawas di tiap instansi pemerintah/swasta, dan regulasi yang memagari sudah cukup memadai tetapi korupsi justru makin subur. Kelompok orang yang berpuasa semacam inilah yang tidak melakukan revolusi mental selama Ramdhan. Puasa Ramadhan ibadah yang mengajarkan kejujuran tanpa harus ada yang mengawasi. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari Nabi menjelaskan bahwa “barangsiapa yang membiasakan hidup selalu diselimuti penuh dusta (mentalitas koruptif), maka Allah tidak butuh rasa lapar dan haus yang ia tahan”. 

Apakah Anda Bisa Seperti Ini?

Dari Abu Hurairah R.a. Berkata: Rasulullah Saw Bersabda, "Ada Seseorang Yang Biasa Menghutangkan Kepada Orang-orang, Maka Jika Ia Menyuruh Menagih Kepada Pesuruhnya, Ia Selalu Berpesan, 'Jika Kamu Mendapati Orang Itu Masih Belum Dapat Membayar, Maka Maafkanlah Dia, Semoga Allah Memaafkan Kami Kelak.' Maka Ketika Ia Berhadapan Dengan Allah, Allah Memaafkannya."

TOP